Monday, August 13, 2007

HOWARD HUGHES

“Aku ini orang yang perfeksionis, dan selalu sulit bagiku untuk membiarkan sesuatu berjalan tidak sempurna. Satu-satunya kesalahan yang kulakukan adalah bekerja terlalu keras dan melakukan segalanya sendiri”. Howard Hughes

Howard Hughes multimiliader jenius, perfeksionis, eksentrik. Hughes adalah sosok yang penuh pecaya diri – kalau tak mau dibilang arogan – dan keyakinannya “menantang” hal yang sudah menjadi kesepakatan umum seolah bisa menggambarkan bahwa keputusan yang tak populer itu nantinya akan menghasilkan sesuatu yang spektakuler. Meski untuk itu dia siap babak belur.

Sosok Hughes yang multidimensi itu menjadi tokoh abad ke-20 dengan deretan prestasi kelas dunia di berbagai bidang. Dia adalah sutradara film, industrialis, inovator, pemecah rekor keliling dunia, sekaligus flamboyan dengan puluhan kisah asmara dengan artis-artis Hollywood.

Hughes tak sekedar sebagai orang yang selalu “sukses”, namun dia juga memiliki sisi “gelap”, seperti terganggu pendengarannya, mempunyai kelainan kejiwaan yang ditunjukkan dengan mencuci tangan berkali-kali hinggga berdarah, sampai ditolak cintanya.

Kekeraskepalaan Hughes paling menonjol muncul dalam inovasinya yang paling terkenal, pesawat Hercules. Saat ini semua orang menetawakan proyek yang disebut sebagai “Spruce Goose” ini. Proyek yang dibiayai Angkatan Udara AS itu tiba-tiba dihentikan karena perang usai.

Semua orang menganggap “Spruce Goose” tinggal kenangan. Akan tetapi, Hughes memaksa pengurus bisnisnya Noah Dietrich mencapai dana demi berlangsungnya proyek besar ini. Meski pada saat yang sama, maskapai penerbangan TWA yang dimiliki Hughes tengah sekarat karena tidak diizinkan terbang pada jalur internasional yang dimonopoli maskapai Panam.

Pimpinan Panam, Juan Trippe menyogok Senator Owen Brewster untuk mendapat monopoli jalur penerbangan ini.

Hughes yang stress berat suka mengulang kalimat yang sama berkali-kali, tanpa dia sendiri sanggup meghentikannya. Dia juga “betah” mengurung diri.

Pada satu sisi, hal itu menunjukkan betapa rapuhnya Hughes, namun di sisi lain selepas “bertapa” ditemani tumpukan kertas tisu dan deretan botol berisi air seninya, Hughes menemukan kekuatannya. Dari orang tanpa harapan, dia muncul bak pahlawan ketika harus menghadapi sidang senat melawan Senator Brewster.

Howard Hughes, miliader eksentrik yang amat terobsesi dengan pesawat Hercules, semakin banyak orang menyangsikan keberhasilannya, makin bersemangat dia mewujudkannya.

Sumber: EDN, “The Aviator”, Tragedi Seorang Manusia, Kompas, Minggu, 23 Januari 2006. www.kompas.co.id

No comments: